Yang dimaksud dengan hakikatnya zuhud adalah menolak sesuatu
serta mengandalkan yang lain. Maka barangsiapa yang meninggalkan kelebihan
dunia serta menolaknya dan mengharapkan akhirat maka ia juga zuhud di dunia.
Sedangkan derajat zuhud yang tertinggi adalah jika ia tidak
menginginkan segala sesuatu selain Allah SWT bahkan akhirat. Zuhud haruslah
disertai pengetahuan bahwa akhirat itu lebih baik daripada dunia. Amalan yang
timbul dari suatu keadaan ialah sebagai pelengkap dari suatu keinginan terhadap
akhirat. Sedangkan segala amalnya bagaikan pembayaran harga dengan memelihara
harta serta anggota tubuh dari segala yang. bertentangan dengan jualan ini.
Sedangkan keutamaan zuhud ditunjukkan oleh ayat sebagai berikut:
Allah SWT. telah berfirman, "Sesungguhnya Kami telah
menjadikan apa yang ada di bwni sebagaiperhiasan baginya agar Kami dapat
menguji mereka siapa yang terbaik perbuatannya di antara mereka". (QS.
Al-Kahfi: 7)
Allah SWT. telah berfirman, "Barang siapa yang
menghendaki keuntungan di akhirat, akan Kami tambah keuntungan tersebut
baginya, serta barang siapa yang menghendaki keuntungan di dunia, maka akan
Kami berikan kepada mereka sebagian keuntungan dunia serta tidak akan ada
bagktya suatu bagian pun di akhirat". (QS. Asy-Syura: 20)
Rasulullah Saw. telah bersabda, "Barang siapa yang
menginginkan di dunia, maka Allah SWT. akan mencerai beraikan pikiran beserta
harta bendanya dan sebagian besar kemiskinannya ada di depan matanya, sedangkan
dunia tidak datang kepadanya melainkan yang ditetapkan baginya. Sedangkan
barang siapa yang keinginannya adalah akhirat, maka Allah SWT. akan menyatukan
pikiran serta memelihara harta bendanya dan menjadikannya semua kekayaan di
dalam hatinya dan dunia pun akan datang kepadanya dalam keadaan tunduk".
Rasulullah Saw. telah bersabda, "Jikalau engkau telah
melihat seseorang yang dikaruniai sifat tenang serta menjauhi dunia, maka
dekatilah dia, sebab mereka bagimu akan memberi sebuah hikmah".
Rasulullah Saw. juga telah bersabda, "Jikalau engkau
ingin dicintai oleh Allah SWT. maka jauhilah keduniaan, niscaya Allah akan
mencintaimu".
Pada saat haritsah berkata kepada Rasulullah Saw., "Aku
seorang mukmin yang benar?" Rasulullah Saw. berkata, "Apakah yang
engkau ketahui tentang hakikat imanmu? Maka Haritsa menjawab, "Diriku
telah menjauhi dunia sehingga batu serta emasnya ialah sama bagiku. Seakan-akan
aku telah melihat surga dan neraka dan seakan-akan menyaksikan Arsy
Tuhanku".
Maka Rasulullah Saw. telah berkata, "Engkau telah
mengetahuinyaj maka tetapkanlah. Inilah salah satu contoh hamba yang diterangi
hatinya oleh Allah SWT. dengan iman". Rasulullah Saw. pernah ditanya
tentang penjelasan firman Allah SWT, "Maka apakah orang-orang yang
dibukakan oleh Allah SWT. hatinya untuk (menerima) agama Islam, kemudian ia
mendapatkan cahaya dari Tuhannya (sama halnya seorang yang telah membantu
hatinya". (QS. Az-Zumar:39),
Didalam Firman yang lain, "Barang siapa yang Allah
ingin memberinya sebuah petunjuk niscaya Dia akan melapangkan dadanya untuk
Islam". (QS. Al-An'am: 125).
Maka Rasulullah Saw. pun menjawab, "Sesungguhnya cahaya
tersebut jikalau masuk ke dalam hati, maka dada pun menjadi lapang dan
terbuka".
Ada seseorang yang telah berkata, "Ya Rasulullah,
apakah keadaan tersebut ada tandanya?"
Maka beliau menjawab, "Ya, dengan menjauhi sebuah
negeri yang terdapat tipu daya (dunia) serta kembali ke negeri yang kekal
(akhirat) dan akan siap untuk menghadapi kematian yang akan tiba".
Jabirra. telah berkata, "Sesungguhnya Rasulullah Saw.
Berkhutbah kepada kami seraya berkata, "Barang siapa dengan kalimat Laa
Ilaaha Illallah tanpa dicampuri dengan yang lainnya, maka ia pun akan masuk
surga".
Lalu Ali ra. juga telah bersabda, "Ayah dan ibuku yang
akan menjadi tebusanmu, ya Rasulullah, apa yang tidak bercampur dengannya, coba
terangkan ia kepada kami". Maka Rasulullah Saw. berkata, "Cinta dunia
dengan mencari serta dengan mengikutinya. Orang-orang yang mengatakan perkataan
Nabi-nabi serta mengamalkan perbuatan orang-orang yang sombong. Maka barang
siapa yang datang membawa kalimat "Laa ilaha illallah " tanpa
dicampuri sesuatupun dari ini, maka wajiblah surga baginya". Di dalam
suatu kabar telah disebutkan, "Kedermawanan itu termasuk serta keyakinan
serta tidak masuk mereka orang yang yakin, sedangkan kekikirannya termasuk
keraguan serta tidak masuk surga siapa yang ragu".
Diantara tiga macam derajat zuhud
Yang pertama,
memaksakan zuhud
terhadap dunia serta memerangi nafsunya di dalam usaha meninggalkannya walaupun
disukainya. Ini ialah orang yang memaksakan zuhud serta mudah-mudahan berlangsung
terus sampai ia mencapai zuhud.
Yang kedua,
ia bersifat zuhud
terhadap duia dengan suka rela sebab meremehkannya disamping ada yang
diharapkannya. Seperti halnya orang yang sedang meninggalkan satu dirham demi
dua dirham serta ini tidaklah memberatkannya, akan tetapi ia harus memperhatikan
keadaan dirinya. Ini juga telah mengandung sebuah keknrangan.
Yang ketiga,
zuhud yang paling tinggi, yakni jikalau seseorang bersifat
zuhud dengan suka rela serta tidak pernah merasakan zuhudnya, sebab ia tidak
menganggap bahwa ia telah meninggalkan sesuatu sebab ia tahu bahwa dunia bukan
apa-apa.
Maka, ia bagaikan orang yang sedang meninggalkan tanah yang
liat serta mengambil permata. Ia tidak pernah menganggap itu sebagai pengganti,
sedangkan dunia sendiri kalau dibandingkan dengan akhirat maka tidak ada
artinya.
Telah berkata Abu Zaid ra. kepada Abi Musa Abdurrahman,
'Tentang apa anda berbicara".
Maka ia menjawab, 'Tidak lain tentang zuhud".
Kemudian Abu Zaid berkata, "Zuhud terhadap apa?"
Sedang Abu Musa menjawab, 'Terhadap dunia".
Maka Abu Zaid telah membebaskan tangannya seraya berkata,
"Aku sedang mengira bahwa ia berbicara tentang sesuatu bagian dunia, bukan
sesuatu yang ia bersikap zuhud terhadapnya".
Seperti orang yang sedang meninggalkan dunia untuk akhirat
menurut ahli makrifat serta para pemilik hati yang dipenuhi penyaksian serta
mukasyafat ialah bagaikan orang yang sedang dihalangi anjing yang sedang
memasuki pintu seorang raja, lalu ia melemparkan sepotong roti kepadanya
sehingga melalaikan anjing tersebut serta ia pun masuk pintu dan akan
mendapatkan kedudukan di sisi raja hingga ia melaksanakan perintahnya di
seluruh kerajaannya. Tidakkah engkau melihat telah mendapat di sisi raja dengan
sepotong roti yang sedang dilemparkannya kepada anjing dengan imbalan tersebut?
Setan itu anjing di pintu raja, yakni Allah SWT. Ia mencegah
manusia bisa masuk, sedangkan pintu terbuka dan tabir terangkat, sedangkan
dunia tendiri bagaikan sepotong roti. Jikalau engkau sedang memakainya, maka
kelezatannya hanya bersifat sementara serta akan habis ketika sudah ditelan,
lalu tinggal berat di perut besar, lalu menjadi busuk, serta perlu dikeluarkan
yang dalam bentuk kotoran. Maka barang siapa yang meninggalkannya hanya untuk
memperoleh sebuah kedudukan di sisi seorang raja, bagaimana ia perlu
memperhatikannya?
Sebagaimana perbandingan dunia yang bersih dengan akhirat
lebih sedikit daripada sepotong roti terhadap raja dunia, sebab tidaklah bisa
dibandingkan antara sesuatu yang habis derigan sesuatu yang amat dekat,
walaupun sedang berlangsung sejuta tahun bersih dari berbagai kekeruhan. Maka
akan menantikan kesudahannya dengan kemusnahan. Jikalau demikain halnya, maka
ketahuilah bahwa derajat yang tertinggi ialah jikalau engkau jauhi segala
sesuatu selain Allah SWT. demi mengharapkan ridla-Nya. Maka hal tersebut
dilakukan dengan mengenal-Nya serta mengenal kedudukan-Nya yang amat tinggi.
Maka janganlah mengandalkan makan, minum, nikah, tempat tinggal, serta segala
kebutuhanmu, melainkan sekedar yang engkau perlukan saja tidak lebih untuk
menegakkan badan serta menghidupi dirimu. Inilah zuhud yang hakiki (mutlak).
Wallahu A'lam [sumber: mutiara Ihya Ulumuddin ]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar