
Ilmu
Bismillahirrohmanirrohim...
Apa itu Ilmu? Ilmu terdiri dari huruf...Ain, Lam, Mim, makna Ain adalah Iliyyin sebuah tempat
tertinggi,
Lam adalah latifah-latifah yang ada pada diri manusia, Mim
adalah marifat. Marifat tertinggi adalah sejauh mana keberanian dan kejujuran
kita dalam menilai kesalahan-kesalahan diri, Hakikat Ilmu adalah Iman
Para Nabi mendapat Ilmu dari wahyu melalui akal, bisa juga
di sebut akal yang di dukung oleh wahyu dengan kata lain adalah Dalil Aqli,
contohnya adalah peristiwa Isra
Mi'rajnya Rasulullah Saw, Nabi Isa as yang menghidupkan orang mati, tongkatnya
Nabi Musa as...
Akal para Nabi yang dibimbing oleh wahyu, ada juga manusia
yang diberi Ilmu melalui akal yang disebut ilham atau firasat, firasat hanya
diberikan kepada orang mukmin, karena ketekunan dalam menjalankan ibadahnya
selama bertahun-tahun melalui bimbingan seorang Guru,
Sabda Rasulullah Saw,
"Waspadalah terhadap firasat seorang Mukmin, karena sesungguhnya dia
memandang dengan cahaya Allah."
“Atau seperti gelap gulita di lautan yang dalam, yang
diliputi oleh ombak, yang di atasnya ombak (pula), di atasnya (lagi) awan;
gelap gulita yang tindih-bertindih, apabila dia mengeluarkan tangannya,
tiadalah dia dapat melihatnya, (dan) barangsiapa yang tiada diberi cahaya
(petunjuk) oleh Allah tiadalah dia mempunyai cahaya sedikitpun.”
Surat an-Nur ayat 40:
Mudah bagi Allah untuk memberikan Ilmu kepada siapa saja
yang mau mendekatiNya, seorang Guru haruslah menguasai 12 pan ilmu, Nahwu,
Shorof, Al-Qur'an, Hadist, Fiqih, Ushul Fiqih, Tauhid, Tasawuf, Ijma, Qiyas dll
Tingkat keyakinan kepada Allah Swt dan pemahaman Al-Qur'an
dan Hadist seseorang akan berbeda-beda, sesuai dengan Ilmu yang dia dapatkan,
1. Yaqin
yakin di umum adalah bacaan, hafalan ayat dan hadist, mendengarkan ceramah, tausiyah, dll disebutlah ilmu, contoh :
" Dan barangsiapa di dunia ini buta, maka di akhirat
nanti juga akan buta,dan lebih sesat lagi jalannya." QS. Al Israa:72,
jika ayat ini diartikan tekstual saja , sungguh kasihan para
kaum tunanetra, sangat berbeda jika ayat ini dimaknai secara Ilmu, maka yang
buta adalah hatinya, penyebab kebutaan hatinya adalah ujub, ria, takabur,
sombong, sum’ah, bakhil, iri, dengki, syirik, benci, musyrik, dusta, munafik,
hubbud dunia, hadast-hadast bathin yang menimbulkan HALUSINASI JIWA…merasa
paling sholeh, merasa paling benar, merasa paling pinter, merasa banyak amal,
merasa paling baik, ingin di puji, ingin di sanjung, ingin di hormat, melupakan dosa, melupakan azab…
akhirnya...KEPALSUAN DALAM BERIBADAH, nafsu kotor mengusir tempat Akal, Cahaya
nurani dalam kegelapan... berandai-andai terhadap Allah Swt...
2. Ainul Yaqin
3. Haqqul Yaqin
“Sesungguhnya Allah tidak mencabut ilmu dengan mencabut dari
hamba-hamba. Akan tetapi Dia mencabut dengan diwafatkannya para Ulama sehingga
jika Allah tidak menyisakan seorang alim pun maka orang-orang mengangkat
pemimpin dari kalangan orang-orang bodoh. Kemudian mereka ditanya mereka pun
berfatwa tanpa dasar ilmu. Mereka sesat dan menyesatkan.”
Sabda Rasulullah Saw :
“Tiada akan datang
hari kiamat hingga tercabutnya ilmu, dan terjadi banyak gempa, dan waktu terasa
bergulir cepat, dan munculnya banyak fitnah, dan banyaknya perkelahian dan
pembunuhan, hingga berlimpah pada kalian harta,
maka harta ditumpahkan seluas-luasnya”
Ulama terbagi 3 :
1. Ulama Akhirat/Kyai Akhirat/Ustad Akhirat
2. Ulama Dunia/Kyai Dunia/Ustad Dunia
3. Ulama 'Su, adalah ulama jahat, ulama palsu yang menyamar
masuk Islam..
Seseorang yang mempunyai amanat Ilmu yang barokah, ilmu yang
suci, yang di rahmati dan di ridhoi, ketika dia ungkapkan satu ayat suci
melalui lisannya yang haq dan halal, seketika itu pula akan menjadi berkah,
bisa membuat sadar seseorang. Ulama
dahulu, ketika ia akan memberikan tausiyah, dia akan membagi-bagikan makanan
dulu, agar mustaminya kenyang, khutbahnya menjadi berkah, yang mendengarkan
tidak kelaparan, penghargaan yang tinggi kepada ayat-ayat suci kalamullah,
ayat-ayat yang mahal...
Nur Ilmu yang di berkahi akan menghasilkan Akhlaq yang baik,
Ilmu yang suci tidak akan mengadakan persahabatan dengan Jin, bersih dari
barang bertuah, azimat, benda pusaka, batu cincin, kemenyan, dll
Seseorang dengan Indigonya haruslah waspada, itu hanyalah
baru permukaan dunia, yang jadi pertanyaan adalah, dari mana dia mendapatkan
"kelebihannya"?? berguru? mengamalkan sebuah amalan? kemasukan
leluhur?
Iblis tidak akan pernah istirahat untuk menggoda anak cucu
Adam hingga nyawa seseorang di tenggorokan, Setan yang mencuri dengar ketika
Kalamullah turun ke bumi akan terus menyebarkannya melalui pasukan jin yang di
pimpin oleh Raja Jann, rajanya para jin yang terbuat dari api yang bersih,
amalan junub yang disebarkan oleh mereka sampailah kepada tukang sihir, dukun,
ustad, kyai dll
Jika seseorang tidak mempunyai kemampuan untuk meneliti mana
amalan yang harus di amalkan dan mana yang tidak (di curi dengar oleh setan)
sangatlah berbahaya, begitupun dengan cahaya, cahaya yang terbuat dari Nur
tidaklah sama dengan cahaya yang terbuat dari api...
Rijalullah tidaklah sama dengan Rijalul Alam...
Muslim dan Musyrik adalah serupa, tapi tak sama... sangatlah
tipis, seperti semut hitam yang berjalan di atas batu hitam di kegelapan malam.
Sangatlah penting kualitas seorang Guru bagi yang ingin ber
tasawuf, seorang Guru yang sudah berjihad dengan usianya, berjihad dengan
hartanya, berjihad dengan jiwa raganya, untuk mendalami Al-Qur'an dan
As-Sunnah. seseorang yang memang benar-benar di undang oleh Allah Swt untuk di
beri setitik Ilmu di lautan, yang lahir dari pena Kalamullah, baginya, Ilmu
lebih berharga, daripada dunia dan seisinya...
Untuk menilai seseorang berilmu atau tidak, nilailah dari
akhlaqnya, jika akhlaqnya sesuai
dengan tuntunan Rasulullah Saw, maka nilailah sisi Ilmunya,
Ilmu yang di berkahi akan melahirkan akhlaq yang baik, sifat-sifat seseorang
akan terlihat dari ucap, hati dan prilakunya.
Rasulullah Saw di utus ke muka bumi adalah untuk
menyempurnakan akhlaq manusia...
Rahmat bagi seluruh alam...
Langkah awal kehidupan hari kemarin akan menentukan
langkah akhir untuk kehidupan selanjutnya...
Sabda Rasulullah Saw : "Allah tidak
memandang rupa dan hartamu tapi Allah memandang hati dan amalanmu [sumber: Tojaiyah]