Cara Merawat Ban



 Ban memiliki peran penting untuk membuat mobil melaju, karena itu ban memerlukan perawatan agar peformanya tetap gemilang.

Manajer Teknik PT. Bridgestone Tire Indonesia (BTI) Agus Sarsisto memberikan beberapa tips untuk merawat ban agar awet muda. Pertama, tekanan angin harus sesuai dengan ukuran ban karena akan membuat  bidang kontak ban lebih baik dan merata sehingga lebih tahan lama. Jika tekanan angin tidak merata maka pengikisan ban akan cepat terjadi dan menyebabkan ban aus atau pecah.

"Nyawanya ban adalah angin karena itu pengemudi harus mengecek kondisi ban secara konsisten," katanya disela-sela peluncuran ban Turanza AR-20 di Karawang pada Selasaa (22/5).

Kedua, pemilik mobil harus melakukan uji spooring dan balancing setiap kecepatan 5.000 KM untuk mengetahui keselarasan roda dan putaran roda berputar pada titik yang sama, mengingat kondisi jalan di Jakarta yang berbeda-beda.

Ketiga, pengemudi harus menerapkan cara perilaku berkendara yang baik dan benar seperti tidak melakukan pengereman mendadak dan 'quick start' serta keluarkanlah barang-barang di dalam mobil yang tidak perlu sehingga bobot kendaraan lebih ringan.

"Mengemudi sebaiknya yang wajar dan bobot kendaraan tidak over load," katanya.

Terakhir, perhatikan kondisi ban, jika sudah aus atau terlalu banyak pengikisan sebaiknya mengganti ban dengan yang baru. 


sumber;  Antara

Empat Golongan Yang Tertipu


Ghurur adalah penyakit hati yang menimpa banyak orang di dunia ini, ghurur menurut bahasa artinya adalah tertipu daya, penyakit ghurur ini telah di jelaskan oleh Imam Ghazali dengan panjang luas sekali di dalam kitabnya “Ihya` Ulumuddin “

Penyakit ghurur ini sangat membahayakan sekali sebab kebanyakan orang yang menderitanya tidak merasa bahwa mereka terserang penyakit ghurur ini, kita tidak membicarakan ghururnya orang-orang kafir terhadap diri mereka atau kehidupan dunia ini, tetapi kita membicarakan penyakit ghurur yang diderita oleh umat Islam selama ini.

Imam Ghazali telah membagi ghurur ini kepada empat golongan :
1. Golongan ulama.
2. Golongan para Abid ( orang yang suka beribadah).
3. Golongan orang yang mengaku sufi.
4. Golongan orang yang memiliki harta , dan orang-orang tetipu daya dengan dunia.


1. Golongan ulama.

Penyakit ghurur ini tidak terlepas dari hati seorang ulama, bahayanya jika mereka tidak mengetahui bahwa mereka telah terkena virus ghurur yang membahayakan, akhirnya tidak secepatnya untuk mengobati penyakit itu, penyakit ghurur ini menyerang dengan cepat sehingga si penderita "mati" dari rasa harapan dan kesadaran diri kepada Allah.

Seorang yang alim merasa bahwa ilmu itu adalah mulia, mengajarkannya kepada orang adalah perkara yang mulia pula, maka dia lalai dan tertipu daya dengan sibuk mengajarkan ilmu tanpa membekalkan amal ibadah dan mengamalkannya terlebih dahulu sebelum disampaikan kepada orang lain, ini adalah penyakit ghurur.

Seorang yang alim merasa memiliki ilmu sehingga beliau merasa bahwa dirinya mesti di hormati dan disegani, ingin selalu dikedepankan dan di ketengahkan, keinginannya agar seluruh perkatannya didengar, seluruh perkataannya benar, ingin diangkat-angkat dan dipuja-puja, setiap orang mesti mencium tangannya, ini adalah penyakit ghurur.

Seorang ulama yang alim dengan ilmu syari`at dan selalu mengamalkannya kemudian mengajarkannya kepada orang lain, tetapi beliau tidak memahami ilmu makrifat kepada Allah, dengan alasan bahwa tidak ada ilmu tersebut, maka ini juga bagian dari orang yang memilki penyakit ghurur.

Seorang yang berhasil mengamalkan ilmunya , menjauhkan anggota tubuhnya dari segala maksiat, melaksanakan segala amalan ta`at, tetapi lupa membersihkan dirinya dan hatinya dari segala maksiat hati seperti hasad, riya`, takabbur, ini juga orang yang terserang penyakit ghurur.

Seorang ulama yang mengamalkan segala ta`at dan menjauhkan segala maksiat, beliau merasa bahwa dirinya bersih dan dekat dengan Allah, maka ini juga penyakit ghurur, sebab Allah lebih mengetahui keadaan hati para hambanya.

Seorang ulama yang sibuk dengan berjidal, berdebat, bukan untuk mencari kebenaran tetapi untuk mencari ketenaran dan kehebatan, bila mampu mengalahkan lawan maka dia tergolong orang yang hebat dan alim, ini juga tergolong penyakit ghurur.

Seorang ulama yang selalu berdakwah dan berceramah dengan menyampaikan untaian kata-kata yang indah, dapat menarik perhatian para pendengar, sehingga mendatangkan peminat-peminat yang banyak, pengikut yang setia, lupa dengan tujuan dakwah yang sebenarnya, sibuk hanya mencari ketenaran dan nama, penyakit ini juga tergolong ghurur.

2. Golongan 'Abid.

Kegiatan ibadah juga dapat membawa seseorang tertipu daya dengan diri sendiri sehingga bukan menjadikan diri semakin dekat dengan Allah bahkan membuat diri menjadi jauh, diantara contohnya :

Seseorang yang sibuk dengan ibadah-ibadah sunnah dan fadhilah tetapi melupakan dan meninggalkan ibadah-ibadah wajib, seperti sibuk melaksanakan shalat sunnah malam tetapi meninggalkan shalat subuh karena ketiduran dan kelelahan ketika waktu malamnya atau senang dengan sholat tarawih tapi masih punya hutang sholat fardlu/belum diqodlo'.

Orang yang sibuk mengambil air wudhu` dan berlebih-lebihan di dalam membasuhnya disebabkan was-was yang datang didalam hati mengkabarkan bahwa wudhu`nya tidak sah, penyakit was-was yang menimpa pada setiap ibadah merupakan bagian ghurur juga.

Seseorang yang terlalu sibuk membaca al-Qur`an, tetapi tanpa mau memikirkan dan memahami segala makna-maknanya, sehingga tidak memahami apa maksud atau penjelasan-penjelasan dari yang ia baca setiap hari.

Seseorang yang sibuk dengan puasa setiap harinya, tetapi lidahnya selalui menceritakan aib orang lain, tidak pernah menjauhkan hatinya dari riya` dan penyakit-penyakit hati, puasanya selalu dibuka dengan makanan-makanan yang haram.

Seseorang yang menunaikan ibadah haji hanya karena ingin digelar dengan haji, tidak mengikhlaskan diri untuk melaksanakan amal ibadah haji, tidak meninggalkan segala kejahatan-kejahatan, melaksanakan ibadah haji agar dipandang orang dan dianggap orang kaya.

Seseorang yang mengamalkan Ibadah sunnah dan fadhilah merasakan ibadah tersebut nikmat dan lezat, mendapatkan ke khusyu'an, tetapi jika melaksanakan ibadah yang wajib dan fardhu tidak merasakan kenikmatan dan kekhyusu'an.

Seseorang yang melaksanakan zuhud dan ibadah , bertaubat dan berzikir, merasakan bahwa dia telah sampai kepda derajat kezuhudan, telah sampai kepda derajat makrifah kepada Allah, padahal hatinya masih tersimpan segudang kecintaan terhadap dunia, mengaharap pangkat dan kedudukan, mengharap pujian dan penghormatan.

3. Golongan orang yang mengaku sufi.

Seseorang yang mengaku sufi, menggunakan pakaian-pakaian tertentu, bergaya dengan gaya ulama-ulama sufi, berzikir dengan menari dan nyanyian-nyanyian pemenuh hawa nafsu, menganggap diri telah sampai kepada Allah, menganggap mendapat ilham dan kasyaf. inilah termasuk mereka yang tertipu/ghurur.

Seorang yang mengaku sufi, merasa telah berbuat zuhud dan wara`, memakai pakaian yang usang dan bau, mementingkan bersih hati, tetapi segala anggota tubuh kotor dengan maksiat dan dosa. ini adalah penyakit ghurur

Seseorang yang mengaku sufi, tetapi tidak mengikuti jalan para ulama-ulama pembesar sufi seperti Imam Abu Qosim al-Junaidi al-Baghdadi dan yang lainnya, mengaku telah sampai kepada fana` fillah dan baqa fi llah , tidak menjadikan al-Qur`an dan sunnah sebagai pegangan, menghina syariat dan memuja-muja hakikat. ini adalah penyakit ghurur

4. Golongan orang yang memiliki harta dan orang yang tertipu daya dengan dunia.

Seseorang yang menganggap bahwa harta dan uangnya yang mampu menyelamatkannya dan memuliakannya di permukaan dunia ini, harta merupakan pujaan dan ketinggian, memiliki harta berarti memiliki kebesaran dan kesenangan yang hakiki, sehingga lupa membayar zakat, menyantuni orang miskin, dan bisa berbuat sesuka hatinya. ini adalah penyakit ghurur

Seseorang yang membangun masjid, menyantun anak yatim, membantu korban bencana alam, tetapi ingin di puji dan di besar-besarkan kebaikannya, agar orang menyanjungnya dan menggelarnya seorang yang dermawan. ini adalah penyakit ghurur

dengan memahami hal yang demikian, semoga kita semua tidak termasuk golongan orang-orang yang terkena penyakit ghurur (tipu daya) penyakit yang menjadikan seorang hamba jauh dari ridlo Allah Ta'ala

Semoga kita bisa terus istiqomah dan mengetahui bisikan nafsu didalam diri ini. dan Semoga Allah menjauhkan kita dari sifat ghuyur ini

Sumber Nawawi .spd /albarzah

Hakikat Zuhud


Yang dimaksud dengan hakikatnya zuhud adalah menolak sesuatu serta mengandalkan yang lain. Maka barangsiapa yang meninggalkan kelebihan dunia serta menolaknya dan mengharapkan akhirat maka ia juga zuhud di dunia.

Sedangkan derajat zuhud yang tertinggi adalah jika ia tidak menginginkan segala sesuatu selain Allah SWT bahkan akhirat. Zuhud haruslah disertai pengetahuan bahwa akhirat itu lebih baik daripada dunia. Amalan yang timbul dari suatu keadaan ialah sebagai pelengkap dari suatu keinginan terhadap akhirat. Sedangkan segala amalnya bagaikan pembayaran harga dengan memelihara harta serta anggota tubuh dari segala yang. bertentangan dengan jualan ini. Sedangkan keutamaan zuhud ditunjukkan oleh ayat sebagai berikut:

Allah SWT. telah berfirman, "Sesungguhnya Kami telah menjadikan apa yang ada di bwni sebagaiperhiasan baginya agar Kami dapat menguji mereka siapa yang terbaik perbuatannya di antara mereka". (QS. Al-Kahfi: 7)

Allah SWT. telah berfirman, "Barang siapa yang menghendaki keuntungan di akhirat, akan Kami tambah keuntungan tersebut baginya, serta barang siapa yang menghendaki keuntungan di dunia, maka akan Kami berikan kepada mereka sebagian keuntungan dunia serta tidak akan ada bagktya suatu bagian pun di akhirat". (QS. Asy-Syura: 20)

Rasulullah Saw. telah bersabda, "Barang siapa yang menginginkan di dunia, maka Allah SWT. akan mencerai beraikan pikiran beserta harta bendanya dan sebagian besar kemiskinannya ada di depan matanya, sedangkan dunia tidak datang kepadanya melainkan yang ditetapkan baginya. Sedangkan barang siapa yang keinginannya adalah akhirat, maka Allah SWT. akan menyatukan pikiran serta memelihara harta bendanya dan menjadikannya semua kekayaan di dalam hatinya dan dunia pun akan datang kepadanya dalam keadaan tunduk".

Rasulullah Saw. telah bersabda, "Jikalau engkau telah melihat seseorang yang dikaruniai sifat tenang serta menjauhi dunia, maka dekatilah dia, sebab mereka bagimu akan memberi sebuah hikmah".

Rasulullah Saw. juga telah bersabda, "Jikalau engkau ingin dicintai oleh Allah SWT. maka jauhilah keduniaan, niscaya Allah akan mencintaimu".

Pada saat haritsah berkata kepada Rasulullah Saw., "Aku seorang mukmin yang benar?" Rasulullah Saw. berkata, "Apakah yang engkau ketahui tentang hakikat imanmu? Maka Haritsa menjawab, "Diriku telah menjauhi dunia sehingga batu serta emasnya ialah sama bagiku. Seakan-akan aku telah melihat surga dan neraka dan seakan-akan menyaksikan Arsy Tuhanku".

Maka Rasulullah Saw. telah berkata, "Engkau telah mengetahuinyaj maka tetapkanlah. Inilah salah satu contoh hamba yang diterangi hatinya oleh Allah SWT. dengan iman". Rasulullah Saw. pernah ditanya tentang penjelasan firman Allah SWT, "Maka apakah orang-orang yang dibukakan oleh Allah SWT. hatinya untuk (menerima) agama Islam, kemudian ia mendapatkan cahaya dari Tuhannya (sama halnya seorang yang telah membantu hatinya". (QS. Az-Zumar:39),

Didalam Firman yang lain, "Barang siapa yang Allah ingin memberinya sebuah petunjuk niscaya Dia akan melapangkan dadanya untuk Islam". (QS. Al-An'am: 125).

Maka Rasulullah Saw. pun menjawab, "Sesungguhnya cahaya tersebut jikalau masuk ke dalam hati, maka dada pun menjadi lapang dan terbuka".
Ada seseorang yang telah berkata, "Ya Rasulullah, apakah keadaan tersebut ada tandanya?"
Maka beliau menjawab, "Ya, dengan menjauhi sebuah negeri yang terdapat tipu daya (dunia) serta kembali ke negeri yang kekal (akhirat) dan akan siap untuk menghadapi kematian yang akan tiba".
Jabirra. telah berkata, "Sesungguhnya Rasulullah Saw. Berkhutbah kepada kami seraya berkata, "Barang siapa dengan kalimat Laa Ilaaha Illallah tanpa dicampuri dengan yang lainnya, maka ia pun akan masuk surga".
Lalu Ali ra. juga telah bersabda, "Ayah dan ibuku yang akan menjadi tebusanmu, ya Rasulullah, apa yang tidak bercampur dengannya, coba terangkan ia kepada kami". Maka Rasulullah Saw. berkata, "Cinta dunia dengan mencari serta dengan mengikutinya. Orang-orang yang mengatakan perkataan Nabi-nabi serta mengamalkan perbuatan orang-orang yang sombong. Maka barang siapa yang datang membawa kalimat "Laa ilaha illallah " tanpa dicampuri sesuatupun dari ini, maka wajiblah surga baginya". Di dalam suatu kabar telah disebutkan, "Kedermawanan itu termasuk serta keyakinan serta tidak masuk mereka orang yang yakin, sedangkan kekikirannya termasuk keraguan serta tidak masuk surga siapa yang ragu".

Diantara tiga macam derajat zuhud
Yang pertama,
 memaksakan zuhud terhadap dunia serta memerangi nafsunya di dalam usaha meninggalkannya walaupun disukainya. Ini ialah orang yang memaksakan zuhud serta mudah-mudahan berlangsung terus sampai ia mencapai zuhud.

Yang kedua,
 ia bersifat zuhud terhadap duia dengan suka rela sebab meremehkannya disamping ada yang diharapkannya. Seperti halnya orang yang sedang meninggalkan satu dirham demi dua dirham serta ini tidaklah memberatkannya, akan tetapi ia harus memperhatikan keadaan dirinya. Ini juga telah mengandung sebuah keknrangan.
Yang ketiga,
zuhud yang paling tinggi, yakni jikalau seseorang bersifat zuhud dengan suka rela serta tidak pernah merasakan zuhudnya, sebab ia tidak menganggap bahwa ia telah meninggalkan sesuatu sebab ia tahu bahwa dunia bukan apa-apa.

Maka, ia bagaikan orang yang sedang meninggalkan tanah yang liat serta mengambil permata. Ia tidak pernah menganggap itu sebagai pengganti, sedangkan dunia sendiri kalau dibandingkan dengan akhirat maka tidak ada artinya.

Telah berkata Abu Zaid ra. kepada Abi Musa Abdurrahman, 'Tentang apa anda berbicara".
Maka ia menjawab, 'Tidak lain tentang zuhud".
Kemudian Abu Zaid berkata, "Zuhud terhadap apa?"
Sedang Abu Musa menjawab, 'Terhadap dunia".
Maka Abu Zaid telah membebaskan tangannya seraya berkata, "Aku sedang mengira bahwa ia berbicara tentang sesuatu bagian dunia, bukan sesuatu yang ia bersikap zuhud terhadapnya".

Seperti orang yang sedang meninggalkan dunia untuk akhirat menurut ahli makrifat serta para pemilik hati yang dipenuhi penyaksian serta mukasyafat ialah bagaikan orang yang sedang dihalangi anjing yang sedang memasuki pintu seorang raja, lalu ia melemparkan sepotong roti kepadanya sehingga melalaikan anjing tersebut serta ia pun masuk pintu dan akan mendapatkan kedudukan di sisi raja hingga ia melaksanakan perintahnya di seluruh kerajaannya. Tidakkah engkau melihat telah mendapat di sisi raja dengan sepotong roti yang sedang dilemparkannya kepada anjing dengan imbalan tersebut?

Setan itu anjing di pintu raja, yakni Allah SWT. Ia mencegah manusia bisa masuk, sedangkan pintu terbuka dan tabir terangkat, sedangkan dunia tendiri bagaikan sepotong roti. Jikalau engkau sedang memakainya, maka kelezatannya hanya bersifat sementara serta akan habis ketika sudah ditelan, lalu tinggal berat di perut besar, lalu menjadi busuk, serta perlu dikeluarkan yang dalam bentuk kotoran. Maka barang siapa yang meninggalkannya hanya untuk memperoleh sebuah kedudukan di sisi seorang raja, bagaimana ia perlu memperhatikannya?

Sebagaimana perbandingan dunia yang bersih dengan akhirat lebih sedikit daripada sepotong roti terhadap raja dunia, sebab tidaklah bisa dibandingkan antara sesuatu yang habis derigan sesuatu yang amat dekat, walaupun sedang berlangsung sejuta tahun bersih dari berbagai kekeruhan. Maka akan menantikan kesudahannya dengan kemusnahan. Jikalau demikain halnya, maka ketahuilah bahwa derajat yang tertinggi ialah jikalau engkau jauhi segala sesuatu selain Allah SWT. demi mengharapkan ridla-Nya. Maka hal tersebut dilakukan dengan mengenal-Nya serta mengenal kedudukan-Nya yang amat tinggi. Maka janganlah mengandalkan makan, minum, nikah, tempat tinggal, serta segala kebutuhanmu, melainkan sekedar yang engkau perlukan saja tidak lebih untuk menegakkan badan serta menghidupi dirimu. Inilah zuhud yang hakiki (mutlak). Wallahu A'lam              [sumber: mutiara Ihya Ulumuddin ] 

Tanda Matinya Hati



Hati adalah tempat mangkalnya berbagai perasaan, tumbuh
kembang antara kebaikan dan keburukan. Hati juga menjadi sumber ilham dan
permasalahan, tempat lahirnya cinta dan kebencian, serta muara bagi keimanan
dan kekufuran.




Hati juga sumber kebahagiaan jika sang pemiliknya mampu
membersihkan berbagai kotorannya yang berserakan, namun sebaliknya ia merupakan
sumber bencana jika sang

empunya gemar mengotorinya.




Hati yang kotor hanya akan menyebabkan kapasitas ruangnya
menjadi pengap, sumpek, gelap, dan bahkan mati. Jika sudah mati seluruh
komponen juga akan turut mati. Dalam makna yang sama, Abu Hurairah RA berkata,
Hati ibarat panglima, sedangkan anggota badan adalah tentara. Jika panglima
itu baik maka akan baik pulalah tentaranya. Jika raja itu buruk maka akan buruk
pula tentaranya.





Pada akhirnya kita bisa mengenali dalam keadaan apa hati
seseorang itu mati.

Di antaranya adalah:




 Pertama,

 Taarikush shalah,
meninggalkan shalat dengan tanpa uzur atau tidak dengan alasan yang dibenarkan
oleh syar’i. (QS Maryam [19]: 59).




Imbas dari seringnya meninggalkan shalat adalah kebiasaan
memperturutkan hawa nafsu. Dan, kalau sudah demikian, dia akan menabung banyak
kemaksiatan dan dosa. Ibnu Mas’ud menafsirkan kata ‘ghoyya’ dalam ayat tersebut
dengan sebuah aliran sungai di Jahanam (neraka) yang makanannya sangat
menjijikkan. Bahkan, tempatnya sangat dalam dan diperuntukkan bagi mereka yang
membiarkan dirinya larut dalam kemaksiatan.




Kedua,

Adz-dzanbu bil farhi, melakukan kemaksiatan dan dosa dengan
bangga. Alih-alih merasa berdosa dan menyesal, justru si pemilik hati yang
mati, ia teramat menikmati kemaksiatan dan dosanya. (QS al-A’raf [7]: 3).




Ketiga,

 Karhul Qur'an, benci
pada Alquran. Seorang Muslim, jelas memiliki pedoman yang menyelamatkan, yaitu
Alquran. Tapi, justru ia enggan berpedoman dan mencari selamat dengan kitab
yang menjadi mukjizat penuntun sepanjang zaman ini. Bahkan, ia membencinya dan
tidak senang terhadap orang atau sekelompok orang yang berkhidmat dan
bercita-cita luhur dengan Alquran.




Keempat,

 Hubbul ma'asyi, gemar
bermaksiat dan mencintai kemaksiatan. Nafsu yang diperturutkan akan
mengantarkan mata hatinya tertutup, sehingga susah mengakses cahaya Ilahi.
Sehingga, ia lebih senang maksiat daripada ibadah.




Kelima,

 Asikhru, sibuk hanya
mempergunjing dan buruk sangka serta merasa dirinya selalu lebih suci. Keenam,
ghodbul ulamai, sangat benci dengan nasihat baik dan fatwa-fatwa ulama.
Berikutnya, qolbul hajari, tidak ada rasa takut akan peringatan kematian, alam
kubur, dan akhirat.




Selanjutnya, himmatuhul bathni, gila dunia bahkan tidak
peduli halal haram yang penting kaya. Anaaniyyun, masa bodoh terhadap keadaan
dan urusan orang lain. Keluarganya menderita, dia tetap saja cuek. Al-intiqoom,
pendendam hebat, al-bukhlu, sangat pelit, ghodhbaanun, cepat marah, angkuh, dan
pendengki. Na’udzubillah. Semoga kita semua dijaga dari hati yang mati



Sumber : Republika

Hati Sumber Cahaya

 "Tempat terbitnya berbagai cahaya itu adalah hati dan rahasia-rahasianya".
Cahaya ilmu, cahaya ma'rifat dan cahaya tauhid tempat terbit dan memancarnya ada di dalam hati orang-orang yang ma'rifat dan di dalam rahasia-rahasia mereka (di dalam jiwa mereka). Cahaya-cahaya ini merupakan cahaya yang hakiki karena lebih kuat daya pancarnya daripada cahaya yang terpancar dari berbagai macam bintang.

Rasulullah saw. telah bersabda di dalam menceritakan firman Allah :
"Tidak akan memuat Aku bumi-Ku dan langit-Ku, dan bisa memuat Aku hati hamba-Ku yang beriman".

 "Seandainya disingkap cahaya orang mukmin yang maksiat, pasti akan memenuhi seluruh langit dan bumi. Maka bagaimanakah perkiraanmu mengenai cahaya orang mukmin yang ta'at ?". Ketahuilah bahwa cahaya bulan dan matahari masih bisa terkena gerhana dan bisa terbenam. Akan tetapi cahaya hati kekasih Allah tidak mengenal adanya gerhana dan terbenam.”
"Cahaya yang tersimpan di dalam hati sumbernya dari cahaya yang datang langsung dari berbagai gudang kegaiban".

Cahaya keyakinan yang tersimpan di dalam hati terus bertambah-tambah sinarnya yang bersumber dari cahaya yang datang dari perbendaharaan gaib.
Yaitu berupa cahaya sifat=sifat azali. Apabila Allah telah membuka sifat-sifatNya, maka bertambah-tambahlah cahaya itu yang dihasilkan dari hati para kekasih Allah. Yang demikian itu merupakan suatu petunjuk bahwa Allah telah memberi pertolongan kepada mereka. 
"Cahaya yang diperoleh dengan panca indera bisa membuka kepadamu akan semua keadaan yang terjadi (benda-benda di alam ini), sedang cahaya yang tersimpan di dalam hati bisa membuka kepadamu akan sifat-sifat Allah yang azali".
Cahaya itu ada dua macam, yaitu :
1. Cahaya yang diperoleh dengan panca indera dengan adanya sinar matahari. Maka cahaya ini bisa memperlihatkan barang-barang yang ada di alam raya dan bermacam-macam kedaan manusia. Cahaya ini bukan yang menjadi perhatian orang-orang ahli hakekat, melainkan hanya sebagai petunjuk adanya Allah Yang Maha Pencipta.

2. Cahaya yang tersimpan dalam hati yang disebut sebagai cahaya keyakinan. Cahaya inilah yang bisa membuka sifat-sifat Allah yang azali sehingga menjadi nyata dan terang. Dengan cahaya hati ini
benar-benar oarng menjadi ma'rifat kepada Allah.
"Terkadang hati terhenti bersama-sama dengan cahaya, sebagaimana terhalangnya nafsu sebab tebalnya benda-benda (syahwat)".

Penghalang hati untuk menuju kepada Allah itu ada dua macam, yaitu :

1. Nurani, yang berupa bermacam-macam ilmu dan ma'rifat. Apabila hati berhenti padanya dan cenderung kepadanya sehingga ilmu dan ma'rifat itu dijadikan pokok tujuannya, maka dia akan terhalang untuk menuju kepada Allah.

2. Zhulmani (kegelapan), yang berupa bermacam-macam keinginan nafsu dan kebiasaan-kebiasaanya. Karena hati masih terpengaruh oleh keinginan-keinginan nafsu inilah maka dia menjadi terhalang untuk menuju kepada Allah.

Maka hati bisa terhalang oleh berbagai macam cahaya sebagaimana nafsu bias terhalang oleh berbagai kegelapan. Sedang Allah berda di belakang itu semua.
"Allah menutupi cahaya hati dengan bermacam-macam keadaan lahiriyah karena memuliakannya untuk (tidak) diberikan secara terang atau (khawatir) untuk dipanggil atasannya dengan lisan kemasyhuran".
Allah menutup hati para kekasih-Nya (para wali) sebagai rahmat-Nya kepada sekalian orang-orang yang beriman. Sebab jikalau rahasia kewalian itu terbuka kepada seseorang, pasti akan mewajibkan orang yang sudah terlahir kewaliannya.               [Sumber:  Syeikh Ahmad bin Athailah]

Ilmu


Ilmu

Bismillahirrohmanirrohim...

Apa itu Ilmu? Ilmu terdiri dari huruf...Ain, Lam, Mim,  makna Ain adalah Iliyyin sebuah tempat tertinggi,
Lam adalah latifah-latifah yang ada pada diri manusia, Mim adalah marifat. Marifat tertinggi adalah sejauh mana keberanian dan kejujuran kita dalam menilai kesalahan-kesalahan diri, Hakikat Ilmu adalah Iman
Para Nabi mendapat Ilmu dari wahyu melalui akal, bisa juga di sebut akal yang di dukung oleh wahyu dengan kata lain adalah Dalil Aqli, contohnya adalah peristiwa  Isra Mi'rajnya Rasulullah Saw, Nabi Isa as yang menghidupkan orang mati, tongkatnya Nabi Musa as...
Akal para Nabi yang dibimbing oleh wahyu, ada juga manusia yang diberi Ilmu melalui akal yang disebut ilham atau firasat, firasat hanya diberikan kepada orang mukmin, karena ketekunan dalam menjalankan ibadahnya selama bertahun-tahun melalui bimbingan seorang Guru, 

 Sabda Rasulullah Saw, "Waspadalah terhadap firasat seorang Mukmin, karena sesungguhnya dia memandang dengan cahaya Allah."

“Atau seperti gelap gulita di lautan yang dalam, yang diliputi oleh ombak, yang di atasnya ombak (pula), di atasnya (lagi) awan; gelap gulita yang tindih-bertindih, apabila dia mengeluarkan tangannya, tiadalah dia dapat melihatnya, (dan) barangsiapa yang tiada diberi cahaya (petunjuk) oleh Allah tiadalah dia mempunyai cahaya sedikitpun.”
Surat an-Nur ayat 40:

Mudah bagi Allah untuk memberikan Ilmu kepada siapa saja yang mau mendekatiNya, seorang Guru haruslah menguasai 12 pan ilmu, Nahwu, Shorof, Al-Qur'an, Hadist, Fiqih, Ushul Fiqih, Tauhid, Tasawuf, Ijma, Qiyas dll
Tingkat keyakinan kepada Allah Swt dan pemahaman Al-Qur'an dan Hadist seseorang akan berbeda-beda, sesuai dengan Ilmu yang dia dapatkan,
1. Yaqin
yakin di umum adalah bacaan, hafalan ayat dan hadist,  mendengarkan ceramah, tausiyah, dll  disebutlah ilmu,  contoh :

" Dan barangsiapa di dunia ini buta, maka di akhirat nanti juga akan buta,dan lebih sesat lagi jalannya." QS. Al Israa:72, 

jika ayat ini diartikan tekstual saja , sungguh kasihan para kaum tunanetra, sangat berbeda jika ayat ini dimaknai secara Ilmu, maka yang buta adalah hatinya, penyebab kebutaan hatinya adalah ujub, ria, takabur, sombong, sum’ah, bakhil, iri, dengki, syirik, benci, musyrik, dusta, munafik, hubbud dunia, hadast-hadast bathin yang menimbulkan HALUSINASI JIWA…merasa paling sholeh, merasa paling benar, merasa paling pinter, merasa banyak amal, merasa paling baik, ingin di puji, ingin di sanjung, ingin di hormat,  melupakan dosa, melupakan azab… akhirnya...KEPALSUAN DALAM BERIBADAH, nafsu kotor mengusir tempat Akal, Cahaya nurani dalam kegelapan... berandai-andai terhadap Allah Swt...

2. Ainul Yaqin

3. Haqqul Yaqin   

“Sesungguhnya Allah tidak mencabut ilmu dengan mencabut dari hamba-hamba. Akan tetapi Dia mencabut dengan diwafatkannya para Ulama sehingga jika Allah tidak menyisakan seorang alim pun maka orang-orang mengangkat pemimpin dari kalangan orang-orang bodoh. Kemudian mereka ditanya mereka pun berfatwa tanpa dasar ilmu. Mereka sesat dan menyesatkan.”

Sabda Rasulullah Saw :
 “Tiada akan datang hari kiamat hingga tercabutnya ilmu, dan terjadi banyak gempa, dan waktu terasa bergulir cepat, dan munculnya banyak fitnah, dan banyaknya perkelahian dan pembunuhan, hingga berlimpah pada kalian harta,
maka harta ditumpahkan seluas-luasnya”

Ulama terbagi 3 :
1. Ulama Akhirat/Kyai Akhirat/Ustad Akhirat
2. Ulama Dunia/Kyai Dunia/Ustad Dunia
3. Ulama 'Su, adalah ulama jahat, ulama palsu yang menyamar masuk Islam.. 

Seseorang yang mempunyai amanat Ilmu yang barokah, ilmu yang suci, yang di rahmati dan di ridhoi, ketika dia ungkapkan satu ayat suci melalui lisannya yang haq dan halal, seketika itu pula akan menjadi berkah, bisa membuat sadar seseorang.  Ulama dahulu, ketika ia akan memberikan tausiyah, dia akan membagi-bagikan makanan dulu, agar mustaminya kenyang, khutbahnya menjadi berkah, yang mendengarkan tidak kelaparan, penghargaan yang tinggi kepada ayat-ayat suci kalamullah, ayat-ayat yang mahal...

Nur Ilmu yang di berkahi akan menghasilkan Akhlaq yang baik, Ilmu yang suci tidak akan mengadakan persahabatan dengan Jin, bersih dari barang bertuah, azimat, benda pusaka, batu cincin, kemenyan, dll
Seseorang dengan Indigonya haruslah waspada, itu hanyalah baru permukaan dunia, yang jadi pertanyaan adalah, dari mana dia mendapatkan "kelebihannya"?? berguru? mengamalkan sebuah amalan? kemasukan leluhur?

Iblis tidak akan pernah istirahat untuk menggoda anak cucu Adam hingga nyawa seseorang di tenggorokan, Setan yang mencuri dengar ketika Kalamullah turun ke bumi akan terus menyebarkannya melalui pasukan jin yang di pimpin oleh Raja Jann, rajanya para jin yang terbuat dari api yang bersih, amalan junub yang disebarkan oleh mereka sampailah kepada tukang sihir, dukun, ustad, kyai dll


Jika seseorang tidak mempunyai kemampuan untuk meneliti mana amalan yang harus di amalkan dan mana yang tidak (di curi dengar oleh setan) sangatlah berbahaya, begitupun dengan cahaya, cahaya yang terbuat dari Nur tidaklah sama dengan cahaya yang terbuat dari api...
Rijalullah tidaklah sama dengan Rijalul Alam...
Muslim dan Musyrik adalah serupa, tapi tak sama... sangatlah tipis, seperti semut hitam yang berjalan di atas batu hitam di kegelapan malam.

Sangatlah penting kualitas seorang Guru bagi yang ingin ber tasawuf, seorang Guru yang sudah berjihad dengan usianya, berjihad dengan hartanya, berjihad dengan jiwa raganya, untuk mendalami Al-Qur'an dan As-Sunnah. seseorang yang memang benar-benar di undang oleh Allah Swt untuk di beri setitik Ilmu di lautan, yang lahir dari pena Kalamullah, baginya, Ilmu lebih berharga, daripada dunia dan seisinya...

Untuk menilai seseorang berilmu atau tidak, nilailah dari akhlaqnya, jika akhlaqnya sesuai
dengan tuntunan Rasulullah Saw, maka nilailah sisi Ilmunya, Ilmu yang di berkahi akan melahirkan akhlaq yang baik, sifat-sifat seseorang akan terlihat dari ucap, hati dan prilakunya.
Rasulullah Saw di utus ke muka bumi adalah untuk menyempurnakan akhlaq manusia...
Rahmat bagi seluruh alam...

Langkah awal kehidupan hari kemarin akan menentukan
langkah akhir untuk kehidupan selanjutnya...

Sabda Rasulullah Saw : "Allah tidak memandang rupa dan hartamu tapi Allah memandang hati dan amalanmu                   [sumber: Tojaiyah]

Memperbaiki Mesin Gerinda


Otomotif

Bila anda seorang mekanik atau tukang yang menggunakan gerinda baik ukuran kecil atau besar. Dan pada saat digunakan tiba-tiba saja alat itu macet atau tidak berputar, tentu rasa jengkel, emosi pasti ada. Jangan panik dulu ambil rokok bila yang merokok, bila tidak seperti saya maka ambil minuman ringan atau teh manis agar suasananya lebih adem dan tenang. Setelah itu ambil gerinda yang macet tadi, cabut soket yang ke PLN nanti lupa cabut berbahaya dong..
Periksa dulu bagian kul start yang biasanya ada di bagian samping. Periksa bila habis ganti, kalau masih bagus periksa bagian lainnya. Buka sekrup penutup saklar gerinda, setelah itu periksa kabel soket bisa saja ada yang putus. Kalau ternyata kabel tidak putus, maka periksa bagian angker as lilitan dan gulungan spul barangkali ada yang terputus. Memperbaiki mesin gerinda bila keadaan panas mati dan tidak bertenaga itu yang sulit, sebab as angker gerinda itu terjadi korslet atau hubungan arus pendek. Solusinya adalah ganti as itu dengan yang baru atau kanibal dengan yang lain, tapi masih satu tipe.

Zero siapkan jajaran motor listrik 2013


Produsen sepeda motor bertenaga listrik Zero Motorcycles Incorporated telah menyiapkan jajaran produk baru yang akan hadir di pasar otomotif AS pada Januari 2013.

Empat seri terbaru sepeda motor listrik Zero yaitu Zero S, XU, MX, dan FX yang memiliki kecepatan maksimum hingga 95 mil per jam atau lebih dari 152 kilometer per jam.

Zero mengklaim seri produk-produk terbarunya menggunakan sistem pendinginan baru, motor Z-Force, dan baterai dengan kapasitas listrik lebih tinggi.

"Teknologi pengisian baterai kami sepenuhnya otomatis..Anda dapat meninggalkan baterai tetap terhubung dengan listrik berjam-jam bahkan berbulan-bulan," sebut Zero.

Perusahaan yang berbasis di California AS itu menggunakan baterai berbahan lithium-ion yang dapat diisi dengan listrik bervoltase 110 volt atau 220 volt.

Zero menyebut pengguna sepeda motornya dapat mengisi baterai hingga 95 persen dari kapasitas total dalam waktu kurang dari satu jam dengan stasiun pengisian listrik CHAdeMO.

Pengguna juga dapat memprogram kecepatan puncak dan torsi sepeda motor listrik yang berbentuk menyerupai 'motor cross' itu.

Empat seri motor terbaru Zero juga dapat terkoneksi ponsel pintar iPhone dan Android melalui bluetooth yang memberikan data-data kemampuan motor dan penyesuaian motor dengan kondisi jalan.

Zero membanderol 7.995 dolar AS (lebih dari Rp75 juta) untuk motor seri XU dan 15.995 dolar AS (lebih dari Rp151 juta) untuk seri S dan DS.                 [sumber; Antara]